This entry was posted on Jumat, April 27th, 2007 at 4:40 am and is filed under Catatanku, Indonesia. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed.
You can leave a response, or trackback from your own site.
Setelah baca link ke tempointeraktif, sedih. Hutan di daerah kami habis, dulu masih bisa ketemu kera di tepi jalan, sekarang jangankan kera suara burung aja sudah jarang.
@cakmoki : bisa-bisa kelak anak cucu kita cuma melihat bentuk kera dari gambar-gambar dan mendengar kicau burung dari rekaman. Waduh, serem bayanginnya!
“Ketika pohon terakhir sudah habis ditebang, ketika sungai terakhir telah tercemar, ketika ikan terakhir telah ditangkap…barulah kita sadar bahwa uang ternyata tidak bisa dimakan…(Green Peace)”
seperti itulah hutan indonesia klo yg menikmati hasil hutan hanya penyolong kayu dan pejabat2 teras. tp herannya penikmat kayu itu bukan perusahaan Indonesia tp perusahaan luar yg menampungnya.
Setelah baca link ke tempointeraktif, sedih. Hutan di daerah kami habis, dulu masih bisa ketemu kera di tepi jalan, sekarang jangankan kera suara burung aja sudah jarang.
*sedih*
@cakmoki : bisa-bisa kelak anak cucu kita cuma melihat bentuk kera dari gambar-gambar dan mendengar kicau burung dari rekaman. Waduh, serem bayanginnya!
😦
Alam memang akan menangis selamanya….
seperti itulah hutan indonesia klo yg menikmati hasil hutan hanya penyolong kayu dan pejabat2 teras. tp herannya penikmat kayu itu bukan perusahaan Indonesia tp perusahaan luar yg menampungnya.